Kelompok Bimbingan Ibadah Haji & Umroh (KBIHU) Al-Khoiriyah

Selasa, 04 Agustus 2020

Haji Sukses, Umrah Segera Dibuka?

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Musim
 Haji 2020 M/1441 H telah usai. Ribuan jamaah dari berbagai penjuru di Arab Saudi pun kembali ke rumah masing-masing untuk melakukan karantina mandiri selama tujuh hari.

Bersamaan dengan berakhirnya ibadah haji yang berjalan selama lima hari, Arab Saudi dihadapkan dengan dimulainya musim umrah yang baru. Kementerian Haji Saudi disebut akan segera melakukan evaluasi atas pengalaman mereka selama mempersiapkan ibadah tahunan itu.

Dilansir di Saudi Gazette, proses evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan haji luar biasa ini akan dilakukan dalam waktu dua minggu ke depan. Setelahnya,  kementerian akan berusaha melihat, mengambil manfaat dan belajar dari pengalaman berharga tersebut.

Wakil Menteri Haji dan Umrah untuk Urusan Haji, Dr Hussein Al-Sharif, menyebut kementerian akan segera memulai persiapan terkait dengan musim umrah mendatang

Menanggapi hal ini, Konsulat Jenderal RI Jeddah, Eko Hartono, menyebut pihaknya belum mendapat informasi resmi terkait rencana tersebut. Namun, Kerajaan Saudi memiliki rencana membuka penerbangan internasional mulai 16 September mendatang.

"Rencananya mulai 16 September Pemerintah Saudi akan bolehkan warga negara asing untuk berkunjung. Berarti umrah sudah boleh mulai tanggal tersebut. Izin berkunjung untuk semua negara," ujar Konjen Eko saat dihubungi Republika, Selasa (4/8).

Terkait jamaah haji Indonesia yang mengikuti ibadah haji kemarin, ia menyebut hingga saat ini dalam kondisi baik. Setelah ritual haji selesai, mereka kembali ke hotel untuk diberangkatkan ke daerah tinggal masing-masing.

Sementara itu, Konsul Haji KJRI Jeddah, Endang Jumali, menyebut terus memantau kebijakan Arab Saudi terkait kemungkinan dibukanya umrah. Ia juga sudah menghubungi pihak Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi untuk membahas hal tersebut.

"Saya kemarin sudah kontak dengan bagian teknis di Kementerian Haji Arab Saudi, membicarakan kemungkinan rapat membahas pelaksanaan umrah paska haji 1441H,” ujar Endang.

Dalam kondisi normal, selesainya gelaran haji berarti menandakan dibukanya musim penyelenggaraan ibadah umrah. Sementara, penyelenggaraan ibadah umrah ditangguhkan sejak akhir Februari 2020.

Penangguhan dilakukan berkenaan dengan merebaknya pandemi Covid-19 di berbagai negara. Kebijakan untuk menangguhkan sementara akses masuk ke Kerajaan Arab Saudi berlaku baik untuk umrah, ziarah, maupun wisata.

Endang lantas menyebut, musim umrah ada kemungkinan akan dibuka kembali. Terlebih melihat jumlah kasus Covid-19 di Saudi yang terus menurun.

Data per-tanggal 25 Juli 2020 misalnya, ada 2.200 kasus. Sementara data pada 2 Agustus lalu menunjukkan penurunan terus menerus hingga 1.357 kasus. Jika trend Covid-19 terus menurun, tidak menutup kemungkinan penerbangan internasional akan kembali dibuka, termasuk untuk jamaah umrah.

"Suksesnya penyelenggaraan haji dengan penerapan protokol kesehatan akan menjadi role model penyelenggaraan umrah. Saya yakin jika umrah dibuka, maka protokol kesehatan akan diterapkan secara ketat," kata dia.

Ia lantas menyebut nantinya ada kemungkinan Saudi memberlakukan persyaratan ketat, utamanya terkait protokol kesehatan, kepada negara pengirim jamaah umrah.  

sumber

Minggu, 02 Agustus 2020

Haji 2020 Berakhir, 10.000 Jamaah Dikarantina 14 Hari di Arab Saudi

MAKKAH - Ritual ibadah haji tahun 2020 di Arab Saudi sudah berakhir hari Minggu. Sebanyak 10.000 jamaah haji akan menjalani pemeriksaan rutin dan dikarantina selama 14 hari terkait pandemi virus corona baru (Covid-19).

Jumlah jamaah haji tahun ini merupakan yang terkecil dalam sejarah modern, karena digelar pada saat pemerintah Arab Saudi berjuang keras mencegah penyebaran wabah virus corona.

Normalnya, ibadah haji diikuti 2,5 juta jamaah dari seluruh penjuru dunia setiap tahunnya.

Media pemerintah melaporkan para jamaah mengenakan masker ketika menjalankan ritual melempar kerikil ke dinding yang melambangkan setan di Mina yang dikenal sebagai ritual melontar jumrah. Itu menjadi salah satu ritual terakhir dalam ibadah haji.

Alih-alih mengumpulkan kerikil sendiri seperti tahun-tahun sebelumnya, ribuan jamaah diberi sekantong kerikil yang sudah disterilkan oleh otoritas haji Arab Saudi. Itu bertujuan untuk melindungi mereka terhadap virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Para jamaah haji kembali ke Masjidil Haram di Makkah pada hari Minggu untuk melakukan tawaf terakhir atau ritudal mengelilingi Kakbah.

Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud mengatakan menyelenggarakan ibadah haji dalam bayang-bayang pandemi Covid-19 memerlukan "upaya ganda" oleh otoritas Saudi. Raja Salman sendiri baru keluar dari rumah sakit setelah menjalani operasi untuk mengangkat kantung empedunya.

"Ibadah haji tahun ini terbatas pada jumlah orang yang sangat sedikit dari berbagai negara, memastikan ritual itu selesai meskipun dalam keadaan sulit," kata raja berusia 84 tahun tersebut, seperti dikutip AFP, Senin (3/8/2020).

Rabu, 29 Juli 2020

Kemenag Undang Asosiasi PPIU, Bahas Rancangan PMA Umrah

Jakarta (PHU) --- Kemenag tengah menyusun Rancangan Peraturan Menteri Agama (RPMA) tentang Penyelenggaraan Umrah. Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah mengundang Pengurus Asosiasi Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah dan Forum Silaturahmi Asosiasi Travel Haji dan Umrah (Forum SATHU) untuk ikut membahas draft RPMA tersebut. 

“Sebagai regulator, tugas kita menyusun peraturan perundangan. Agar regulasinya lebih efektif, kita jalin komunikasi untuk menggali saran dan masukan, termasuk dari pihak asosiasi,” kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar, Senin (27/07).

Rapat awal pembahasan RPMA ini berlangsung di kantor Kementerian Agama, Jl Lapangan Banteng, Jakarta. Rapat diikuti perwakilan lima asosiasi Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (Himpuh, Amphuri, Asphurindo, Kesthuri, dan Sapuhi) dan Forum SATHU. Hadir juga para pejabat Eselon II Ditjen PHU dan jajaran Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus. 

“Ini momen penting untuk menerjemahkan UU Nomor 8 tahun 2019 ke dalam turunannya, yakni Peraturan Menteri Agama,” jelas Nizar. 

"RPMA ini sekaligus akan merevisi Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU)," lanjutnya.

Mewakili Forum SATHU, Asrul Aziz Taba dari Kesthuri mengapresiasi inisiatif Dirjen PHU melibatkan asosiasi dalam pembahasan RPMA. Dia berharap regulasi yang terbit bisa menjadi aturan bersama. “Kita berharap apa pun yang dihasilkan dari forum ini akan menjadi peraturan kita bersama dan dapat dijalankan bersama,” ujar Asrul. 

Akreditasi PPIU

Salah satu isu yang muncul dalam pembahasan RPMA Umrah adalah terkait akreditasi PPIU. Asosiasi berharap proses akreditasi PPIU dikembalikan kewenangannya kepada Kemenag. 

Berdasarkan PMA No. 8 Tahun 2018, sejak Januari 2020, kewenangan akreditasi diberikan kepada pihak ketiga. Untuk melaksanakan amanat tersebut, Ditjen PHU telah bekerjasama dengan Komite Akreditasi Nasional (KAN) pada tahun 2018. Selanjutnya,  KAN melakukan akreditasi terhadap para calon lembaga sertifikasi/akreditasi.

"Kami berharap kewenangan Akreditasi dikembalikan ke Kemenag. Pelaksanaan akreditasi oleh lembaga akreditasi yang ditunjuk dinilai memberatkan PPIU, terutama yang jemaahnya tidak banyak," tutur Sekjen Asphurindo M. Iqbal.

Hal senada disampaikan Sekjen Himpuh Anton Subekti. Dia berharap RPMA yang akan disusun nantinya tidak membelunggu dan membebani pelaku usaha. Apalagi, penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah tengah memasuki era digitalisasi yang mengaburkan batas-batas regional sehingga membutuhkan daya saing tinggi.

Dirjen PHU Nizar mempersilahkan agar substansi ini dibahas secara obyektif dalam rapat-rapat pembahasan RPMA. Keterlibatan asosiasi penting, tidak hanya dalam pembahasan regulasi, tapi juga dalam pembinaan dan pengawasan PPIU.

"Akan bagus kalau para asosiasi ikut terlibat dalam pembinaan dan pengawasan terhadap PPIU," tegasnya.

Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Arfi Hatim mengatakan bahwa pembahasan PMA ini  merupakan salah satu amanat UU Nomor 8 Tahun 2019. Selain RPMA Umrah, pihaknya juga menargetkan pembahasan RPMA Haji Khusus karena tenggat waktu yg diamanatkan UU sudah semakin dekat.

Pertemuan ini, menurut Arfi, merupakan tindak lanjut dari tahap sebelumnya, yaitu penyiapan draft dan penyerapan aspirasi dari Kanwil Kemenag serta para PPIU. Rapat ini menghasilkan beberapa kesimpulan. Di antaranya, masing-masing asosiasi diminta menyiapkan Daftar Inventaris Masalah (DIM) atas RPMA Umrah. “Kita juga akan membentuk tim kerja yang terdiri dari Kementerian Agama, Asosiasi PPIU, serta Kementerian/ Lembaga lainnya untuk membahas tentang RPMA secara intensif,” tutup Arfi.

Penulis
Rilis
Editor
Boy Azhar

Konsul Haji : WNI Ekspatriat di Saudi Tiba di Jeddah untuk Berhaji

Jakarta (PHU) --- Konsul Haji KJRI Jeddah Endang Jumali mengatakan bahwa jemaah haji 1441H sudah mulai tiba di Jeddah, Arab Saudi. Menurutnya, mereka tiba bertahap di Bandara International King Abdul Aziz, Jeddah, sejak 25 Juli 2020. 

Berdasarkan informasi dari Kementerian Haji dan Kementerian Informasi Saudi, kata Endang, jemaah haji 1441H berjumlah 1000 orang. Sebanyak 70% diisi ekspatriat yang tinggal di Saudi, sementara 30% lainnya untuk warga Saudi, terutama yang bekerja di kesehatan dan keamanan.

"Data hari ini ada 510 jemaah dari berbagai kota di Arab Saudi yang sudah tiba di Jeddah. Ada juga WNI yang menjadi Ekspatriat di Arab Saudi," jelas Endang Jumali melalui pesan singkat, Selasa (28/05).

Menurutnya, data sampai sore ini, sudah ada lima WNI Ekspatriat di Saudi yang terdaftar sebagai jemaah haji dan sudah tiba di Jeddah. "Salah satunya adalah guru sekolah Indonesia di Riyad. Ada juga yang berprofesi sebagai perawat," jelasnya.

"Informasi WNI Ekspatriat di Saudi yang berhaji masih akan terus diupdate," lanjutnya.

ndang mengatakan, 510 jemaah yang tiba melalui bandara Jeddah antara lain berasal dari Madinah (230), Riyad (171), dan Syarqiyah (53). Ada juga dari Kota Ashir, Najran, dan Baha dengan jumlah 28 orang. Dari Kota Jizan 14 orang, sedang dari Kota Hudud, Syimaliyah, Tabuk dan lainnya berjumlah 14 orang. 

"Sisanya, atau 490 orang, tiba di Makkah tidak melalui Bandara Jeddah. Mereka jemaah dari Thaif, Jeddah, Laits dan Makkah itu sendiri," terangnya.

Dikatakan Endang, setibanya di Jeddah, jemaah di antar ke Makkah dengan Bus. Setiap pemberangkatan, bus hanya diisi 12-15 jemaah agar tetap menjaga jarak.

"Jemaah ditempatkan di Hotel Four Point yang berada di wilayah Aziziyah, per orang satu kamar. Kelengkapan lainnya sudah disiapkan Kementerian Haji Saudi, termasuk masker dan makanan," tutur Endang.

Jemaah akan diberangkatkan ke Thaif pada 8 Zulhijjah 1441H atau 29 Juli 2020 untuk mengambil miqat dan berihram. Selanjutnya, jemaah di antar ke Masjidil Haram untuk Thawaf Qudum, lalu ke Mina untuk menjalani proses Tarwiyah. Pada 9 Zulhijjah 1441H pagi, atau bertepatan 30 Juli 2020, jemaah akan bergerak ke Arafah untuk menjalani wukuf. Malamnya, jemaah diantar ke Muzdalifah.

Tanggal 31 Juli 2020 pagi, jemaah ke Jamarat untuk melontar Jumrah Aqabah. Selanjutnya, mereka ke Masjidil Haram untuk Thawaf Ifadlah. Setelah itu, mereka ke Mina untuk menginap (mabit) selama hari Tasyriq.

"Thawaf Wada' dilakukan pada 2 Agustus untuk selanjutnya jemaah meninggalkan Makkah," tandasnya.

Penulis
Kontri
Editor
Husni Anggoro
ebook

TwitterShare